BERITA
Inovasi Ramah Lingkungan Atasi Air Limbah Keruh di Tambang Batubara
09 September 2025Pengolahan air limbah dari tambang batubara dengan Total Suspended Solids (TSS) tinggi kini tidak lagi menjadi tantangan besar. Perusahaan yang bergerak dibidang Waste Water Treatment Plant (WWTP) PT Mitrajasa Sentosa Cemerlang (MJSC) terus mengembangkan dan menyempurnakan inovasi teknologi berbasis Tanah Elektrolit (TE®) dan flokulan anionik. Solusi ini telah diterapkan dibanyak lokasi penambangan klien PT MJSC dan terbukti efektif menurunkan kekeruhan air yang disebabkan oleh partikel halus seperti montmorillonite, terutama di lingkungan tambang batubara.
Air limbah di kawasan pertambangan sering kali mengandung lempung halus yang bersifat koloidal dan sulit diendapkan dengan metode konvensional. Namun, penggunaan TE®—senyawa yang melepaskan ion kation²⁺ dan anion²⁻ dalam air—memungkinkan netralisasi muatan negatif partikel, sehingga terbentuk flok yang lebih besar dan mudah mengendap.
“Kami berhasil menurunkan TSS dari lebih dari 20.000 mg/L menjadi di bawah 100 mg/L hanya dalam waktu 30 menit,” ujar tim R&D PT MJSC.
Proses pengolahan ini dilengkapi dengan penambahan polimer rantai panjang khusus flokulan anionik berbasis polyacrylamide (PAM), yang berfungsi menjembatani partikel halus menjadi flok padat dan stabil melalui mekanisme bridging flocculation. Hasilnya, air jernih dengan TSS rendah bisa diperoleh secara cepat dan efisien.
Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Tak hanya efektif, metode ini juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Lumpur hasil pengendapan, yang kaya akan partikel lempung dan pupuk terikat, memiliki manfaat lanjutan sebagai bahan perbaikan tanah. Hal ini menciptakan siklus manfaat:
pengolahan air + perbaikan tanah = dampak ekosistem yang lebih baik.
(karikatur 1 karyawan MJSC sedang meneliti air)+aliran air sungai memperlihatkan DAS=hutan tumbuh Selain itu, proses ini tetap berada dalam kisaran pH netral (7,5–8,5), menjadikannya aman bagi lingkungan dan mudah diterapkan tanpa peralatan kompleks atau biaya operasional tinggi.
Keunggulan Teknologi Tanah Elektrolit dan Flokulan Anionik:
- Cocok untuk air limbah dengan kandungan lempung halus
- Waktu proses cepat, hasil lebih jernih
- Efisiensi sedimentasi meningkat
- Biaya rendah, tanpa peralatan rumit
- Ramah lingkungan dan meningkatkan nilai guna lumpur buangan
PT Mitra Jasa Sentosa Cemerlang (MJSC) membuktikan bahwa pengolahan air limbah tidak harus rumit bila dilakukan dengan tepat. Pemahaman mendalam terhadap karakteristik air dan pemilihan teknologi yang tepat adalah kunci menuju solusi yang efektif sekaligus berkelanjutan.
Penulis: Corporate Communication
Inovasi Pengolahan Air Tambang di Kalimantan Utara
09 September 2025Sejak beroperasi di wilayah tambang PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) di Loreh, Kalimantan Utara, PT Mitrajasa Sentosa Cemerlang (MJSC) terus membuktikan bahwa pengolahan air limbah tambang bisa lebih dari sekadar upaya pemenuhan regulasi. Dimulai sejak 2020, layanan pengolahan air pascatambang (waste water treatment) yang dijalankan MJSC tidak hanya mampu menjernihkan air limbah, tetapi juga berkontribusi pada pemulihan vegetasi di daerah aliran sungai (DAS) sekitar. Tumbuhan tumbuh subur di sepanjang jalur aliran air olahan, menandakan kualitas lingkungan yang membaik.
Namun, inovasi tidak berhenti di sana. Tim Departemen Lingkungan MBAP melihat peluang lebih jauh: bagaimana jika endapan lumpur hasil pengolahan air ini, yang terbukti menjadi media tanam yang baik dimanfaatkan untuk menanam padi?
Dari Aliran Sungai ke Petak Sawah
Langkah eksperimental ini dimulai pada Oktober 2023. Petak-petak sawah seluas 2.364 meter persegi dibentuk, menggunakan lebih dari 709 meter kubik lumpur hasil sedimentasi dari instalasi pengolahan air limbah (WWTP). Setelah melakukan studi mendalam mengenai karakteristik lumpur dan kondisi lingkungan, tim lingkungan MBAP menetapkan varietas padi dan metode budidaya yang sesuai. Mereka menamainya Palutung, singkatan dari Padi Lumpur Betung.
Percobaan ini sukses: pada Maret 2024, padi yang ditanam di atas lumpur pascatambang berhasil dipanen. Untuk memastikan keamanan konsumsi, sampel padi dikirim ke laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk dianalisis. Hasilnya meyakinkan, kandungan gizi dan keamanan Palutung setara dengan padi yang tumbuh di lahan sawah konvensional.
Dukungan dari Kementerian dan Pengakuan Internasional
Inovasi ini segera mendapat perhatian dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Keberhasilan proyek Palutung berkontribusi pada keberlanjutan peringkat Hijau PROPER MBAP, dan menempatkannya sebagai kandidat penerima PROPER EMAS 2024. Bahkan, CEO MBAP, Khoirudin, diundang langsung oleh KLHK untuk mempresentasikan proyek ini didepan perusahaan sejenis lainnya, sebagai contoh praktik keberlanjutan yang dapat direplikasi oleh perusahaan lain.
Lebih dari itu, inovasi ini juga menjadi salah satu bahasan dalam ajang ilmiah bergengsi The 3rd International Conference on Mining & Environmental Technology di Lombok, Agustus 2024. Proyek ini juga menjadi bagian dari laporan ilmiah yang disusun oleh tim Departemen Lingkungan MBAP, berjudul Bioconversion of Legume Cover Crop Waste into Organic Fertilizer Based on Integrated Composting-Vermicomposting Method.
Lumpur yang Menghidupkan Harapan
Lebih dari sekadar eksperimen teknis, Padi Palutung menjadi simbol dari perubahan paradigma: bahwa limbah tambang tidak harus berakhir sebagai beban lingkungan. Dengan pendekatan ilmiah dan kemitraan yang kuat, lumpur dapat berubah menjadi sumber pangan yang berkelanjutan.
Inisiatif ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara perusahaan tambang dan penyedia layanan pengolahan air seperti MJSC mampu menciptakan solusi yang berdampak nyata—tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi masyarakat luas. Kemitraan yang positif ini memastikan pengelola yang berorientasi pada lingkungan dapat menghadirkan solusi yang nyata dan berdampak.
Penulis: Corporate Communication